PERJALAN HIJRAH
_M. Mareta Aziz_
Tahun 2018 bulan november tanggal 5 tepatnya.
Kala itu saya akan mendatangi sebuah restoran karena saat itu saya mendapat interview panggilan kerja. Sesampainya di sana, bertemulah dengan seorang supervisor, Pak Sendy lebih akrabnya.
Tidak lama setelah itu, saya duduk lalu memperkenalkan diri dan juga pengalaman pekerjaan sebelumnya. Setelah itu, giliran beliau yang bertanya kepada saya. Terlebih dahulu beliau menjelaskan profil perusahaannya yang memang berbasis syari’ah dan profil dirinya sebagai seorang supervisor.
Lalu, beliau bertanya “Apakah antum bisa membaca Alquran?” ujar Pak Sendy.
Saya menjawab “Mohon maaf pak, saya kurang fasih untuk membaca Alquran, saya coba sebisanya.”
Setelah saya membaca Alquran, lalu beliau menjelaskan apa makna dan isi dari ayat Alquran yang saya baca tersebut. Sontak seketika saya langsung berbicara dalam hati “Baru kali ini saya interview dan syaratnya adalah membaca ayat suci Alquran.”
Pada saat itu pula ada sedikit pembahasan mengenai akhir zaman. Di mana pada akhir zaman tersebut ketika dajal sudah muncul, maka tulisan di mushaf Alquran akan hilang.
Terketuklah hati saya, saat itu juga saya mulai berani berbicara terbuka mengenai kehidupan dan pekerjaan saya yang mana kehidupan saya jauh dari kata taat kepada Allah dan pekerjaan saya sangat bercampur dengan urusan riba dan lain sebagainya.
Mulailah saya berinisiatif dan bersemangat kembali untuk memperbaiki hidup menuju ketaatan kepada Allah Swt. agar mendapat rida serta rahmat dari-Nya. Mencari informasi mengenai pembelajaran agama Islam, ilmu fiqih hingga info seputar kajian. Di situlah mulai menemukan indahnya sebuah keimanan, sebuah ketenangan dalam jiwa jika selalu mengingat Allah. Di mana jiwa tak akan merasa sedih dan selalu merasa takut karena Allah Maha Melihat Maha Mendengar.
Ketika saya memutuskan untuk berhijrah, saya selalu semangat dan antuasias untuk menemui majelis taklim dan tidak pernah bosan untuk mendengarkan tausiyah maupun kisah-kisah Rasulullah Saw. dan para sahabat.
Tapi, sangat disayangkan ketika saya mendapatkan ujian dan cobaan bukan justru menguatkan saya, tapi malah membuat saya futur, jatuh dan tersungkur. Saya kembali terhasut oleh lingkungan-lingkungan kurang baik yang mempengaruhi kadar keimanan dalam diri. Alasannya cukup simpel, hanya karena saya sendiri (tidak berjamaah), maka ibarat domba yang jauh dari kawanannya (akan dimangsa serigala) begitupun saya yang jauh dari jamaah, maka pengaruh tidak baik hinggap pada diri yang membuat kadar keimanan dalam diri itu turun.
Lalu saya menyadari kembali akan hal tersebut, 1 malam lebih saya konflik batin dengan diri sendiri “Apa yang kurang, apa yang belum?” “Jangan lakukan itu lagi, tinggalkan itu!”
Setelah beberapa hari, alhamdulillah akhirnya saya menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Ternyata saya membutuhkan jamaah, pembimbing, dan majelis ilmu yang senantiasa mengajarkan, mengajak, mengingatkan dan menyeru kepada kebaikan.
Alhamdulillah saya dipertemukan dengan jamaah. Qadarullah. Saya bersyukur bisa berkumpul dengan orang-orang yang saleh. Diajarkan mengenai makna hijrah yang sesungguhnya, berislam secara kaffah, tujuan, fungsi dan peran manusia, ma’rifatullah, ma’rifatul rasul, hingga fiqih dasar dan fiqih menyeluruh.
Perlu saya tekankan di sini, pilihlah lingkungan yang baik, maka dampaknya akan baik. Dan jangan dekati lingkungan yang buruk, maka dampaknya pun akan buruk. Pilih teman-teman yang saleh karena selain Rasulullah Saw. teman yang saleh juga akan memberikan kita syafa’at pula di yaumil akhir. Wallahu a’lam.
Dengan adanya saya di dalam jamaah membuat kadar keimanan di dalam diri semakin meningkat. Ketika ada masalah bisa dihadapi dengan bijak, buka Alquran, baca hadis, dan bertabayyun akan dapat menemukan solusi. Satu persatu hal-hal buruk pergi, satu persatu pula akhlak baik itu datang. Adab berilmu hingga adab dalam kehidupan sehari-hari sangat dijelaskan secara rinci dalam Islam. Tuntunan ibadah hingga tuntunan mendapat rida-Nya pun sangat jelas dan rinci.
Membuat hidup saya semakin terarah. Ketika itu, saya pun tidak ingin diam saja, saya ingin pula mendakwahkan apa yang saya dapatkan, karena menurut saya ini adalah kabar gembira, menyampaikan kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah hal yang dilakukan pula oleh Rasulullah Saw. dengan serta membawa risalahnya, yaitu Alquran dan Sunnah.
Berselang lama pada akhirnya saya merasakan lebih nikmatnya lagi beriman dan berislam itu. Menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan sunnah sesuai tuntunan Rasulullah Saw. membuat diri semakin taat kepada-Nya.
0 Komentar